Kamis, 19 Agustus 2010

ibumu! ibumu! ibumu!

Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh dua syeikh hadits: Bukhari dan Muslim. Dari
Abu Hurairah ra., ia berkata: Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw dan bertanya
kepada beliau, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli?" Beliau
menjawab, "Ibumu! Ia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab lagi, "Ibumu!" Ia balik
bertanya, "Siapa lagi?" Rasul kembali menjawab, "Ibumu!" Ia kembali bertanya, "Lalu siapa
lagi?" Beliau menjawab, "Bapakmu!" (Dikeluarkan oleh Asy-Syaikhani (Bukhari-Muslim).

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah
siapakah orang yang paling pantas aku pergauli?" Rasul menjawab, "Ibumu, ibumu ibumu dan
bapakmu! Kemudian orang yang paling dekat denganmu dan paling dekat." (Dikeluarkan oleh
Imam Muslim).

Ibu. Sebuah kata yang sangat menggetarkan hati. Adakah orang yang paling dekat dari
seseorang (setelah Allah) dari seorang ibu? Tidak ada! Seorang ibu adalah pesona kehidupan.
Ia adalah lambang cinta abadi, pengorbanan yang hakiki dan pribadi utusan Ilahi di atas
bumi-Nya. Ibu adalah wakil Allah di muka bumi. Meskipun demikian, bukan berarti seseorang
harus melupakan ayahnya. Karena ayah dan ibu memiliki satu derajat dalam Al-Qur'an. Mereka
berdua laksana "dua sisi mata uang yang absurd untuk dipisahkan. Keridhaan mereka
merupakan keridhaan Allah. Dan murka mereka merupakan murka-Nya. Dari Abdullah ibn
'Amru ra. ia berkata: Rasulullah saw bersabda, "Keridhaan Tuhan berada pada keridhaan
kedua orang tua, dan kemurkaan Tuhan berada pada kemurkaan orang tua." (HR Al-Turmudzi).

Marilah kita tadabburi penjelasan Allah dalam kitab-Nya, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan
agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari mereka atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan hendaklah rendahkan dirimu terhadap keduanya dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (dahulu)" (Qs. Al-Isra' [17]: 23-24).

"Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulahkembalimu" (Qs. Luqman [31]: 14).

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya dan menyapihnya dalam tiga puluh bulan..." (Qs. Al-Ahqaf [46]: 15).

"Dan kami wajibkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya..."
(Qs. Al-'Ankabut [29]: 8).

Ibu adalah orang yang paling susah memelihara anaknya: mengandung, menyusui dan
menyapihnya. Ternyata, seorang anak itu sejak dalam kandungan saja sudah "terbiasa"
membuat susah ibunya. Maka, sangat ironis jika sudah dewasa dan sudah kaya malah "lupa
kacang akan kulitnya." Alangkah durhakanya jika seorang anak tidak rela "tegel" dan lantai
rumahnya disentuh oleh telapak kaki ibunya yang bersih dan suci. Telapak kaki yang
menyimpan "surga Allah." Dari Thalhah ibn Mu'awiyah al-Sulma ra. ia berkata, "Aku datang
kepada Rasulullah dan berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad di jalan Allah.
Beliau bertanya, "Ibumu masih hidup? Ia menjawab, "Ia! Beliau berkata, "Taatlah kepadanya, di
kakinya terdapat surga" (HR Al-Thabrani).

Tidak jarang memang, seorang anak malah membalas "air susu dengan air tuba." Padahal,
sebesar apapun harta yang dikeluarkan oleh seorang anak, tidak akan pernah bisa untuk
mengembalikan ASI yang mendarah daging dalam tubuhnya. ASI lebih berharga daripada
harta: kekayaan, kemewahan dan glamor duniawi. Kiranya tidak ada yang mampu untuk
mengkalkulasikan harga ASI, karena sangat mahal harganya.

Berbakti kepada ibu melebihi segalanya. Bahkan pengabdian seorang anak kepada ibu (juga
bapaknya) menggugurkan kewajiban untuk berjihad. Dari Abdullah ibn 'Amru ibn 'Ash ra. ia
berkata, "Seorang laki-laki datang menghadap Rasul saw dan berkata, "Aku membaiatmu untuk
berhijrah dan jihad untuk memperoleh pahala dari Allah!" Rasul saw kemudian bertanya
kepadanya, "Apakah salah satu kedua orang tuamu ada yang masih hidup?" Ia menjawab, "Ya,
bahkan keduanya masih hidup!" Rasul balik bertanya, "Dan engkau ingin mendapat pahala dari
Allah?" Ia menjawab, "Ya!" Rasul lalu berkata kepadanya, "Pulanglah kepada kedua orang
tuamu dan berbakti kepada mereka" (Muttafaq 'Alaihi).

Oleh karenya, salah satu amalan yang sangat dicintai oleh Allah adalah berbakti kepada kedua
orang tua. Dari Ibnu Mas'ud ra. ia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw, "Pekerjaan
apa yang paling dicintai oleh Allah?" Beliau menjawab, "Shalat pada waktunya! Aku bertanya
lagi, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua! Aku bertanya lagi, "Lalu
apa? Beliau menjawab, "Berjihad di jalan Allah!" (HR Bukhari dan Muslim).

Subhanallah! Berbakti kepada ibu (dan bapak) menggugurkan jihad di jalan Allah. Betapa
mulianya derajat seorang ibu. Itu karena nilai cinta yang dimiliki seorang ibu kepada anaknya.
Pepatah menyatakan: Cinta ibu sepanjang zaman, dan cinta anak sepanjang jalan. Bahkan
bisa jadi sepanjang "galah." Tidak jarang seorang anak malah bangga ketika mampu
menyisihkan gajinya untuk biaya ibunya di panti jompo. Ibunya yang sudah tua: kulitnya yang
keriput, giginya yang sudah ompong, sudah kehilangan tenaga bahkan kembali seperti
anak-anak terkadang dianggap menjadi perusak pemandangan di dalam rumah sang anak.
Maka sang anakpun merasa risih, bahkan jijik. Lalu sang anak bersama sang menantu
mengambil inisiatif (yang menurut mereka benar) untuk memasukkan sang ibu yang tua renta
ke panti jompo. Na'udzubillahi min dzalik.

Sebenarnya, ketika kecil dulu: ketika sang anak sering ngompol di popoknya, atau buang air di
ranjang, sang ibu lebih mampu untuk menaruh sang anak ke pantai asuhan.
Tapi karena cintanya yang tulus dan besar, bahkan tanpa akhir itu tidak mampu melakukan hal
itu. Namun ketika posisi itu berbalik, sang anak malah melakukan sebaliknya. Bukankah ketika
orangtua sudah jompo merupakan giliran sang anak untuk membersihkan popok dan ranjang
tempatnya membuang air? Itulah yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bukankah
mengatakan ah saja tidak boleh? Bagaimana kalau sampai orang tua dijadikan pembantu di
rumah tangga, atau diusir karena sudah (dirasa) tidak berguna?

Sungguh, berbuat jahat kepada ibu hanya akan mengantarkan pelakunya ke dalam neraka.
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Celakalah, celakalah, celakalah!
Beliau kemudian ditanya, "Siapa yang celaka wahai Rasulullah? Beliau menjawab, "Siapa yang
mendapati salah satu dari orang tuanya atau keduanya, namun ia tidak berusaha untuk
memasukkannya ke dalam surga" (HR Ahmad).

Tentunya, keberadaan sang ibu merupakan kesempatan emas untuk meperoleh ridhanya dan
ridha Allah. Karena kalau sudah tiada, kesempatan menjadi berkurang, karena sang anak
paling hanya bisa berdoa dan bersedekah untuknya. Maka yang masih memiliki ibu,
pergunakan kesempatan itu. Maka berbaktilah kepada ibumu, ibumu, ibumu, selagi
kesempatan terbuka lebar. Happy mothers day, mom...[]

Written by Nadwah
Sunday, 20 December 2009 05:53 - Last Updated Thursday, 14 January 2010 13:55


Tidak ada komentar:

Posting Komentar